spot_img
BerandaArtikelPentingnya Komunikasi dan Ilmu Parenting pada Pembentukan Karakter Anak

Pentingnya Komunikasi dan Ilmu Parenting pada Pembentukan Karakter Anak

Oleh : Rafilza Meisykla Rahman, Mahasiswi Program Studi Komunikasi Digital dan Media, Sekolah Vokasi IPB University

Anak merupakan aset berharga bagi setiap orang tua, bangsa dan juga masa depan negara. Sudah selayaknya setiap orang tua memahami ilmu parenting untuk membina dan membimbing pembentukan karakter pada anaknya. Peran orang tua dalam parenting bukan hanya sekedar memenuhi kebutuhan fisik, melainkan terpenuhinya kebetuhan mental, pola pikir, serta cara berprilaku anaknya dalam bermasyarakat. Salah satu elemen kunci dalam proses ini adalah komunikasi yang efektif antara orang tua dan anak. Komunikasi dalam keluarga merupakan hal fundamental dalam membentuk karakter anak. Penelitian menunjukkan bahwa komunikasi yang baik dan efektif antara anggota keluarga dapat membantu anak dalam berperilaku dan mengembangkan keterampilan sosial, kepercayaan diri, dan kemampuan berpikir kritis.

Perkembangan teknologi serta maraknya terjadi polarisasi informasi membuat anak sering terpapar dampak negatifnya. Sebagai contoh pergaulan bebas, tawuran, narkoba, judi online, seks bebas dan masih banyak lainnya. Perilaku seperti diatas tidak serta merta terjadi begitu saja, lingkungan keluarga, pertemanan, bahkan dunia maya sangat memengaruhi anak untuk bertindak demikian. Anak membawa mencerminkan model dan bentuk karakter dirinya yang diperoleh dari lingkup kehidupannya, terutama dari orangtua.

Ilmu parenting adalah suatu bidang ilmu yang mempelajari tentang cara-cara mengasuh dan mendidik anak agar menjadi individu yang sehat, bahagia, dan sukses. Ilmu parenting ini meliputi berbagai aspek, seperti pola asuh, komunikasi, disiplin, dan pengembangan kemampuan anak. Dengan memahami ilmu parenting, orangtua dapat memahami bagaimana cara mengasuh anak yang tepat dan efektif, sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal.

Menurut Baumrind (1991), ada tiga jenis pola asuh orangtua, yaitu : 1) pola asuh otoriter : pola asuh ini ditandai dengan kontrol yang ketat dan tidak ada kesempatan bagi anak untuk membuat keputusan sendiri; 2) pola asuh permissive : pola asuh ini ditandai dengan kontrol yang longgar dan anak diberikan kebebasan untuk membuat keputusan sendiri ; 3) pola asuh otoritatif : pola asuh ini ditandai dengan kontrol yang seimbang dan anak diberikan kesempatan untuk membuat keputusan sendiri, namun dengan bimbingan orangtua. Pola asuh otoritatif merupakan pola asuh yang paling efektif dalam pembentukan karakter anak, karena dapat mengembangkan kemandirian dang tanggung jawab, namun tetap dalam bimbingan orang tua.

Komunikasi juga merupakan aspek penting dalam ilmu parenting. Komunikasi yang efektif antara orangtua dan anak dapat membantu anak memahami dan mengembangkan kemampuan sosial dan emosional. Orangtua dapat menggunakan berbagai teknik komunikasi, seperti mendengarkan aktif, memberikan umpan balik, dan menggunakan bahasa yang positif dan mendukung. Namun, di era globalisasi seperti saat ini merupakan tantangan setiap orang tua dalam mengasuh anak-anaknya.

Mayoritas orangtua menerapkan pola kebebasan dan memberi ruang yang cukup besar bagi anak untuk melakukan hal yang disenanginya. Batasan anak antara perilaku baik dan buruk menjadi bias, hak kebebasan yang diberikan orang tuanya sering kali disalah gunakan. Apalagi dengan fasilitas seperti smartphone, game online, dan lainnya menumbuhkan kebiasaan buruk bagi pembentukan karakter anak. Pada akhirnya orangtua lah yang harus menanggung akibat dari perilaku rendah moral yang dilakukan oleh anaknya. Inilah akibat dari ketidaktahuan orangtua dalam mengasuh dan mendidik anak dengan baik, cenderung menyalahkan anak, dan menjadikan anak sebagai korban akibat dari pola asuh yang mereka terapkan sendiri.

Ketidakmampuan dalam berkomunikasi secara efektif dalam keluarga sering kali disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan keterampilan komunikasi orang tua. Faktor lain termasuk tekanan pekerjaan dan kurangnya waktu luang untuk berinteraksiberinteraksi7 dengan anak-anak (Marzuki dkk., 2024). Komunikasi yang efektif antara orang tua dan anak melibatkan penggunaan sikap, intonasi suara, kata-kata, sikap tubuh, dan tindakan untuk mengekspresikan perasaan serta saling berbagi pemahaman. Tindakan ini bertujuan untuk memberitahukan, mengajarkan, dan memberikan pemahaman pada anak dalam keluarga. Tujuan utama dari komunikasi dalam keluarga adalah untuk membentuk interaksi antara anggota keluarga supaya tercipta komunikasi yang efektif.

Komunikasi persuasif adalah upaya untuk membuat seseorang mau melakukan yang diinginkan. Namun, ketidakmantapan pada saat berkomunikasi seringkali diakibatkan oleh orang tua yang terlalu memaksakan anak untuk mengikuti kehendak mereka. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk menggunakan pendekatan yang lebih lembut dan memahami perspektif anak. Strategi komunikasi yang bisa diterapkan orangtua pada anaknya sebagai berikut : 1) mendorong anak untuk berbicara secara terbuka tentang perasaan dan pikirannya tanpa takut dihakimi ; 2) menunjukkan empati terhadap perasaan anak dan memahami perspektif mereka ; 3) memberi perhatian penuh saat anak berbicara dan menunjukkan bahwa orang tua menghargai apa yang mereka katakana ; 4) orangtua harus menjadi teladan dalam berperilaku dan berkomunikasi karena anak cenderung meniru apa yang mereka lihat ; 5) saat memberikan perintah atau larangan, jelaskan alasan di baliknya agar anak memahami dan menerima dengan baik.

Perkembangan emosi pada anak merupakan proses menunjukkan perasaan anak terhadap sesuatu yang dapat diwujudkan dalam perilaku termasuk saat menghadapi rasa yang tidak nyaman. Emosi sangat penting bagi anak usia dini karena dengan emosi anak dapat memusatkan perhatian serta pikiran menjadi tertata sesuai dengan kebutuhannya (Lufianti dkk, 2024). Komunikasi efektif dalam keluarga memiliki peran penting dalam perkembangan kemampuan emosional anak. Pola komunikasi yang terbuka, hangat, baik, dan penuh empati dalam keluarga dapat meminimalisir kesalah pahaman, meningkatkan rasa aman pada anak, dan mendukung perkembangan emosional anak secara signifikan.

Komunikasi yang efektif membantu anak mengidentifikasi, mengekspresikan, dan mengelola emosi mereka dengan lebih baik, serta memperkuat kemampuan mereka dalam membangun hubungan sosial yang positif. Sebaliknya, kurangnya komunikasi yang efektif dapat menyebabkan gangguan dalam perkembangan emosional anak, seperti kesulitan dalam mengatur emosi atau membangun hubungan interpersonal.

Maka penting bagi orang tua untuk mengembangkan keterampilan komunikasi yang baik, termasuk mendengarkan dengan aktif, memberikan umpan balik yang konstruktif, dan menjadi teladan dalam berkomunikasi. Orangtua merupakan cerminan anak, seperti kata pepatah ‘buah jatuh tak jauh dari pohonnya’ orangtua adalah jika pola asuhnya sesuai maka anak akan tumbuh menjadi pribadi yang ideal, dengan memperkuat komunikasi dalam keluarga, orang tua dapat menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan emosional anak secara optimal dan berkelanjutan. (Red/”)

Daftar Pustaka
Baumrind, D. (1991). The influence of parenting style on adolescent competence and substance use. The Journal of Early Adolescence, 11(1), 56-95.
Lufianti, A., Fitriani, F., & Sumiati, S. (2024). HUBUNGAN PENERAPAN POLA KOMUNIKASI KELUARGA DENGAN PERKEMBANGAN EMOSI ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK PERTIWI 2 TODANAN KECAMATAN TODANAN KABUPATEN
BLORA. The Shine Cahaya Dunia S-1 Keperawatan, 9 (01).
Marzuki, M., Alam, L., Judijanto, L., Utomo, J., & Ferian, F. (2024). Pentingnya Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perkembangan Sosial Emosional Anak. Jip: Jurnal Ilmu Pendidikan, 2(2), 334-343.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini