Kopi Times | Medan :
Lapangan Merdeka Medan baru saja diresmikan, tetapi alih-alih menjadi ruang publik yang nyaman dan asri, fasilitasnya justru mulai mengalami kerusakan akibat ulah sebagian pengunjung. Jalur joging yang dirancang khusus untuk kenyamanan warga kini tampak terkelupas dan rusak di beberapa titik. Yang lebih menyedihkan, indikasi awal menunjukkan bahwa kerusakan ini bukan terjadi secara alami, melainkan akibat tindakan sengaja, seperti disayat dan digunting.
Dilansir dari detik, Kepala Dinas Perumahan Kawasan Permukiman, Cipta Karya, dan Tata Ruang Kota Medan, Alexander Sinulingga, mengungkapkan keprihatinannya terhadap kondisi ini. “Barang sebagus apa pun kalau dirusak secara sengaja, pasti rusak. Kalau kita lihat polanya, ini memang ada yang menyayat atau menggunting. Kita sangat menyesalkan hal ini,” ujarnya kepada media baru-baru ini.
Tak hanya soal vandalisme, ada pula pengunjung yang tidak memahami fungsi fasilitas yang tersedia. Jalur joging yang seharusnya digunakan untuk berlari atau berjalan kaki justru dipakai untuk duduk-duduk, bersepeda, bahkan ada yang mengelupas permukaannya tanpa sadar. Akibatnya, jalur tersebut harus diperbaiki lebih awal dari yang seharusnya.
Budaya Peduli, Bukan Sekadar Tanggung Jawab Pemerintah
Persoalan ini bukan sekadar tentang infrastruktur yang rusak, tetapi juga tentang mentalitas dan budaya masyarakat dalam menghargai ruang publik. Pemerintah bisa saja menganggarkan dana besar untuk membangun fasilitas terbaik, tetapi tanpa kepedulian warga, semua itu akan sia-sia.
Kita sering mengeluhkan kurangnya fasilitas umum yang memadai, tetapi ketika sudah tersedia, justru sebagian dari kita tidak mampu menjaganya. Fenomena ini menunjukkan bahwa masalah utama bukan hanya terletak pada pembangunan, tetapi juga pada kesadaran kolektif dalam merawatnya. Kota yang bersih, rapi, dan nyaman bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga masyarakat yang menggunakannya.
Jika kita ingin melihat Medan menjadi kota yang lebih baik, langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengembalikan budaya kepedulian. Masyarakat yang peduli tidak akan merusak fasilitas yang ada, tetapi justru akan menjaganya sebagai bagian dari identitas kota.
Lapangan Merdeka, Lebih dari Sekadar Ruang Publik
Lapangan Merdeka bukan hanya sekadar taman kota. Lebih dari itu, tempat ini adalah simbol sejarah dan kebanggaan warga Medan. Kawasan ini telah mengalami banyak perubahan dari masa ke masa, tetapi satu hal yang tetap sama: Lapangan Merdeka selalu menjadi ruang bagi warga untuk berkumpul, bersosialisasi, dan menikmati keindahan kota.
Ketika kita tidak peduli dengan Lapangan Merdeka, kita sebenarnya sedang mengabaikan warisan kota sendiri. Bayangkan jika setiap orang yang datang merasa memiliki tempat ini, tentu kondisinya akan tetap terjaga. Sebaliknya, jika semua orang hanya datang untuk menikmati tanpa ada rasa tanggung jawab, maka yang tersisa hanyalah puing-puing fasilitas yang rusak sebelum waktunya.
Wakil Wali Kota Medan, Zakiyuddin Harahap, mengajak seluruh warga untuk lebih peduli terhadap fasilitas yang sudah dibangun. “Lapangan yang sudah cantik, bagus, dan indah ini jangan dirusak. Jika tidak kita jaga, pasti akan rusak,” ujarnya. Pernyataan ini mengandung pesan sederhana tetapi sangat penting: menjaga fasilitas umum bukan hanya untuk kepentingan pemerintah, melainkan untuk kepentingan kita semua.
Dari Pengguna Menjadi Penjaga
Mungkin ada yang berpikir bahwa menjaga fasilitas umum adalah tugas pemerintah atau petugas kebersihan. Namun, pola pikir seperti ini harus diubah. Bayangkan jika setiap orang yang datang ke Lapangan Merdeka memiliki kesadaran untuk menjaga kebersihan dan tidak merusak fasilitas, tentu lingkungan akan tetap nyaman dan indah.
Ada beberapa hal sederhana yang bisa kita lakukan untuk menunjukkan kepedulian:
1. Gunakan fasilitas sesuai fungsinya, Jika ada jalur joging, gunakan untuk berlari atau berjalan kaki, bukan untuk duduk atau bermain sepeda.
2. Jangan merusak, bahkan secara tidak sadar. Hindari menyobek, menggores, atau mencabut bagian dari fasilitas umum, sekecil apa pun.
3. Tegur dengan santun. Jika melihat ada orang yang merusak fasilitas, jangan ragu untuk mengingatkan dengan cara yang baik.
4. Buang sampah pada tempatnya. Sampah yang berserakan tidak hanya mengotori, tetapi juga bisa merusak estetika dan kenyamanan tempat umum.
5. Ajarkan kepada anak-anak. Kepedulian terhadap lingkungan harus ditanamkan sejak dini agar menjadi budaya yang berkelanjutan.
Kesadaran Kolektif, Kunci Kota yang Lebih Baik
Lapangan Merdeka adalah milik kita bersama. Jika kita ingin kota ini tetap memiliki ruang publik yang nyaman, maka budaya peduli harus kita tanamkan sejak sekarang. Masyarakat Medan harus bangga dengan kotanya, dan kebanggaan itu harus diwujudkan dalam tindakan nyata.
Pemerintah bisa terus memperbaiki dan membangun fasilitas, tetapi jika kita sendiri tidak menjaga, maka perbaikan itu tidak akan pernah cukup. Inilah saatnya kita membuktikan bahwa Medan bukan hanya kota besar dengan sejarah panjang, tetapi juga kota yang dihuni oleh masyarakat yang peduli dan bertanggung jawab terhadap lingkungannya.
Mari kita kembalikan budaya peduli, karena kota yang baik bukan hanya dibangun dengan beton dan aspal, tetapi juga dengan kesadaran dan cinta dari warganya!. (Red/*)