Ilustrasi Gambar Sumber : Int |
Oleh : Hery Buha Manalu, Dosen STT Paulus Medan, Penggiat Lingkungan dan Budaya
Kopi Times, Ulos, yang masih dipakai orang Batak dalam kehidupan dan adatnya, sumber mulanya adalah Bonang Manalu yang mengandung pengertian seperti kepercayaan tradisional Budaya Batak. Warna pokok dari setiap Ulos Batak ialah hitam, putih dan merah, sedangkan warna yang lain adalah variabel kehidupan.
Justru dari pengertian kehidupan kepercayaan inilah ritual ulos dalam adat Batak itu. Bonang Manalu yang mengandung pengertian seperti kepercayaan tradisional Budaya Batak memiliki nilai spiritual. Mangulosi, mengandung arti sebagai simbol doa pengharapan dari yang mengulosi, agar yang diulosi selamat dan sejahtera berkat kebijakan, kesucian dan kekuatan Tuhan Yang Maha Esa.
Oleh sebab itu, mangulosi dalam adat Batak adalah Upacara ritual-spiritual dan kesakralannya masih dapat dirasakan pada masyarakat Batak.
Warna dasar Ulos Batak terdiri dari tiga warna dasar Benang Batak (Bonang Manalu). Dimana Bonang Manalu, dimana ada makna yang terdiri dari tiga benang, masing-masing warna hitam atau biru, warna putih dan warna merah yang dipilin menjadi satu.
Makna dipilin adalah sebagai simpul symbol doa masyarakat Batak yang merupakan keyakinan bahwa seseorang akan selamat apabila yakin bahwa: tidak ada yang lebih kuat dari Tuhan Yang Maha Esa, mulai: Kebijaksanaan, Kesucian dan Kekuatan.
Konon dahulu leluhur Batak itu apabila memakai Bonang Manalu atau Benang Manalu, berarti seseorang itu telah yakin, bahwa apapun yang akan terjadi padanya.
Baik pada saat ada wabah panyakit, maka seseorang itu akan tetap selamat berkat keyakinan atau kepercayaannya diatas pilin tiga warna Batak itu.
Pilin tiga benang Batak tadi sebagai keteguhan keyakinan jiwa dan raga selamat karna doa-doa kepada Debata Mulajadi Nabolon.
Tiga warna dasar Batak merupakan makna sikap, penghormatan atas tiga kekuatan mikrokosmos spiritual dan Alam semesta kearifan Budaya Batak.
Sarat kepada mistis dan rahasia kehidupan merujuk kepada kehidupan jujur, sederhana dan seimbang menuju cita-cita seorang Batak selalu mengacu kepada kesucian.
Kesucian dan keluhuran Batak disimbolkan dalam tiga warna dasar Batak. Dengan semangat atau spirit kepada sang pemberi hidup dan kehidupan oleh Debata Mulajadi Nabolon, perlu diperhatikan pengertian Nabolon berarti sang maha Agung, maha besar.
Berarti Debata Nabolon, (Debata adalah Allah, Nabolon adalah Agung, jadi berarti, Allah yang Maha Besa, atau Allah yang Maha Agung).
Bonang Manalu, merupakan salah satu buah karya dalam budaya Batak. Dapat dikatakan sebagai wujud dari disain ide pikir spiritual leluhur Batak tentang pemaknaan karsa rahasia Debata Mulajadi Nabolon dan ajaran serta anjuran tentang rahasia hidup manusia Batak untuk hidup dalam kebijakan dan kesucian.
Seorang Batak pada saat itu, bila memakai Bonang Manalu berarti dia menyerahakan dirinya kepada sang pemberi hidup (Debata Mulajadi Nabolon atau Tuhan Yang Maha Esa).
Berarti juga siap untuk bertindak untuk hidup suci sebagai hamba sang Agung (Debata Mulajadi Nabolon), dan Debata pun akan mengilhamkan berbagai pemahaman ajaran untuk hidup jujur, bersih dan suci sederhana dan seimbang (makrososmos dan mikrokosmos) mistis spiritual Batak.
Simbol Bonang Manalu berarti kesadaran bahwa Debata Mulajadi Nabolon (Tuhan Yang Maha Esa) akan memberikan energy, power, atau semangat yang kuat melalui Kebijakan-Kesucian.
Bahwa Kebijakan-Kesucian dan Kekuatan Tuhan Yang Maha Esa atau Mulajadi Na Bolon, jauh lebih kuat untuk melindunginya dari segala kekuatan yang ada.
Seseorang itu yakin dan percaya bahwa dia akan tetap selamat berkat kepercayaannya bahwa Tuhannya: pemiliki hahomion, pemilik kesucian, pemilik kekuatan itu ialah lebih kuat dari segala yang ada untuk melindunginya.(Red/***)