Kopi Times, Strategi Bank Indonesia (BI) mengantisipasi dampak El Nino terhadap harga pangan dengan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP). Pantauan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengatakan 63% wilayah sudah masuk musim kemarau. Hal ini menandakan Indonesia perlu bersiap menghadapi fenomena El Nino.
Di Indonesia, El Nino memberi dampak pada kondisi lebih kering sehingga curah hujan berkurang, tutupan awan berkurang, dan suhu meningkat. Sektor yang paling terdampak dari fenomena ini adalah pertanian, meliputi padi, jagung, kedelai, gandum, minyak sawit, dan kopi. Tanaman-tanaman tersebut rentan karena sangat mengandalkan air.
Secara umum, fenomena ini dapat menurunkan produktivitas tanaman, luas panen, dan berkembangnya organisme pengganggu tanaman. Oleh karena itu, agar dampak penurunan produksi tidak mengganggu stabilitas harga pangan, Bank Indonesia melakukan berbagai jurus jitu.
BI mengantisipasi dampak fenonena ini terhadap harga pangan GNPIP, melalui: Penguatan pengairan pertanian di daerah bersama K/L. Pengawasan dan memperkuat sistem peringatan dini terhadap kondisi cuaca. Mendorong optimalisasi percepatan tanam.
Penggunaan varietas tanah kering dengan dukungan alat mesin pertanian (alsintan). Penambahan embung di daerah.
Tidak cuma itu saja. Ada upaya lain yang dilakuka. Bersama pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya, Bank Indonesia telah memiliki pencapaian program untuk mengantisipasi dampak fenomena ini, meliputi 9.630 titik operasi pasar, 530 ribu bibit pangan mandiri, 31 klaster replikasi, 17 program hilirisasi pangan, 38 program pupuk organik, serta Rp5,2 miliar untuk pembelian alsintan.
Bank Indonesia bersama pemerintah. butuh kerja sama dan kontribusi dari semua pihak agar stabilitas harga pangan tetap terjaga di tengah fenomena El Nino. (Rel/*Hery Buha Manalu)
